Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

2019, Industri Batu Bara Fokus Efisiensi Biaya

image-gnews
Ribuan truk heavy-duty yang penuh dengan batu bara berbaris hingga 130 kilometer dari perbatasan Mongolia menuju China, melintasi gurun Gobi, Mongolia, 29 Oktober 2017. Perjalanan ribuan truk tersebut bisa memakan waktu lebih dari seminggu. REUTERS
Ribuan truk heavy-duty yang penuh dengan batu bara berbaris hingga 130 kilometer dari perbatasan Mongolia menuju China, melintasi gurun Gobi, Mongolia, 29 Oktober 2017. Perjalanan ribuan truk tersebut bisa memakan waktu lebih dari seminggu. REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava membidik produksi batu bara sebesar 90 juta metrik ton pada 2019 di tengah tren penurunan harga batu bara acuan (HBA). Dileep masih optimistis pendapatan BUMI tahun 2019 akan naik 5 persen dibanding tahun lalu. "Kami merencanakan peningkatan penjualan sekitar 5-7 persen pada 2019 dibandingkan dengan tahun lalu," kata Dileep, Selasa 12 Februari 2019.

Baca juga: Revolusi Industri, Jonan Ingin Batu Bara Memiliki Nilai Tambah

Adapun realisasi produksi batu bara hingga tutup tahun lalu sekitar 85 juta ton-86 juta ton. Tahun ini, ia mengungkapkan akan fokus menggenjot batubara berkalori tinggi. Hal tersebut dilakukan lantaran tren penurunan harga batubara berkalori rendah akibat adanya pembatasan impor batubara oleh Cina. Padahal, potensi pasar batu bara di Cina dinilai besar. Oleh karena itu, BUMI memacu produksi batubara berkalori tinggi karena permintaannya masih tinggi. Harganya pun melebihi US$ 100 per ton. "Selain itu, kami juga mencoba untuk melakukan efisiensi biaya," ujar Dileep.

PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan kenaikan tipis produksi batu baranya di 2018. Perseroan mencatat hingga akhir tahun lalu membukukan produksi hingga 54,04 juta ton. Produksi tersebut naik 4,34 peren dibanding tahun 2017 yang sebanyak 51,79 juta ton. "Produksi ini sesuai dengan panduan yang ditetapkan 54-56 juta ton di 2018," ujar Corporate Secretary & Investor Relations Division PT Adaro Energy Tbk (AE) Mahardika Putranto.

Adapun penjualan pada 2018 tercatat adanya kenaikan 5 persen menjadi 54,39 juta ton dari 51,82 juta ton pada tahun lalu. Pada kuartal IV tahun lalu, Adaro memproduksi batubara sebanyak 15,61 juta ton dan penjualan 15,2 juta ton atau naik hingga 22 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Sementara untuk 2019, Adaro tidak memasang target tinggi dibanding tahun lalu, yaitu produksi pada kisaran 54 juta ton hingga 56 juta ton dengan EBITDA operasional US$ 1 miliar-US$ 1,2 miliar. Adapun belanja modal perusahaan yang direncanakan sebesar US$ 450 juta hingga US$ 600 juta.

Mahardika menuturkan pasar batubara sempat mengawali 2018 dengan harga yang tinggi. Namun, mulai awal semester kedua, harga spot internasional untuk batubara bernilai kalor di bawah 5.500 NAR terkoreksi turun. Pada kuartal keempat tahun lalu, pasokan batubara sub-bituminus yang melimpah tidak disertai dengan permintaan yang memadai di pasar sehingga menekan harga batubara yang bernilai kalor lebih rendah.

Pelemahan harga batubara juga dipicu oleh prmintaan dari China melemah pada akhir 2018 karena penurunan konsumsi listrik dari Juli sampai November 2018. Permintaan bergerak naik lagi pada bulan Desember karena musim dingin. Selain itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur China yang dipertahankan pada level sekitar 50 selama kuartal keempat akibat perang dagang antara China dan Amerika Serikat juga turut memberikan dampak.

"Hal ini menyebabkan permintaan batubara tidak mencapai level setinggi yang diperkirakan, padahal biasanya kuartal keempat merupakan waktu pengisian persediaan di China," kata Mahardika.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Head of Corporate Communications PT Indika Energy Tbk Leonardus Herwindo menuturkan turunnya tren harga batubara membuat perusahaan sedikit tertekan. Namun, di tengah fluktuasi harga batubara tahun lalu, Leonardus mengatakan Indika Energy masih membukukan kinerja positif dan memenuhi target produksi yang direncanakan.

Adapun target yang dipatok tahun ini masih sama dengan tahun lalu, yaitu 34 juta ton batubara. Leoanrdus menuturkan perusahaan telah menyiapkan strategi untuk menghadapi situasi serupa seperti tahun lalu.

"Efisiensi menjadi kunci kami. Kami selalu mencari komposisi terbaik untuk terus mengoptimalkan kinerja dan meminimalkan biaya operasional pertambangan," kata Leonardus.

Berdasarkan  Keputusan Menteri (Kepmen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 18 K/30/MEM/2019, HBA Februari 2019 ditetapkan sebesar USD 91,80 per ton. Angka itu turun tipis 0,66 persen ketimbang bulan lalu sebesar US$ 92,41 per ton. Tren HBA tercatat terus mengalami penurunan sejak Agustus 2018 yang sebelumnya mencapai US$107,83 per ton. Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menuturkan ekspor batubara kalori rendah masih menjadi andalan Indonesia, terlebih untuk Cina.

Sehingga, pada saat gejolak perekonomian di Cina, secara otomatis berimbas pada ekspor batubara. Sementara, pasokan sepanjang tahun lalu tergolong tinggi sehingga berdampak pada harga batubara. Hendra memperkitakan industri tidak akan ambil target terlalu tinggi karena permintaannya masih hampir sama dengan tahun lalu.

Hendra menilai kinerja industri batu bara tahun ini masih sangat bergantung pada faktor eksternal. Ia menilai apabila Cina masih tetap memperketat kuota impor, maka tren penurunan harga pada batu bara diprediksi akan berlanjut. Belum lagi perang dagang masih jadi kekhawatiran harga bisa melorot.

"Untuk saat ini, langkah fisiensi yang bisa dilakukan, yaitu mengurangi biaya, terutama biaya penambangan. Kemudian, pemerintah bisa mencoba membuka komunikasi agar Tiongkok buka pasar kembali untuk mempermudah impor batu bara indonesia kalori rendah," kata Hendra.laris

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Siapa Sebenarnya Pemilik Sepatu Bata yang Pabriknya Tutup di Purwakarta?

15 jam lalu

Sejumlah pekerja membuat sepatu di pabrik Sepatu Bata, Purwakarta, Jawa Barat. Dok.TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Siapa Sebenarnya Pemilik Sepatu Bata yang Pabriknya Tutup di Purwakarta?

Bata telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri.


Faisal Basri Kritik Pameran Kendaraan Listrik, Sebut Ada Kepentingan Bisnis Elit

17 jam lalu

Ekonom senior Faisal Basri menghadiri diskusi film Bloody Nickel yang digelar koalisi masyarakat sipil di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada Sabtu, 4 Mei 2024. Pembahasan berfokus pada dampak buruk hilirisasi nikel yang merusak lingkungan dalam industri kendaraan listrik. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Faisal Basri Kritik Pameran Kendaraan Listrik, Sebut Ada Kepentingan Bisnis Elit

Faisal Basri mengkritisi promosi kendaraan listrik yang selama ini tak mengungkap adanya dampak negatif lantaran masih mengandalkan batu bara


Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

21 jam lalu

Logo sepatu Bata. dok.Bata
Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

Terpopuler: Perjalanan bisnis sepatu Bata yang sempat berjaya hingga akhirnya tutup, kawasan IKN kebanjiran.


Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

1 hari lalu

Masa dari Enter Nusantara, Market Forces  dan Greenpeace Indonesia melakukan aksi di kawasan Car Free Day, Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Minggu, 5 Mei 2024. Pada aksinya masa menyerukan kepada bank-bank National dan International untuk berhenti mendukung pendanaan energi kotor  seperti batu bara dan beralih ke energi terbarukan. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

Energi kotor biasanya dihasilkan dari pengeboran, penambangan, dan pembakaran bahan bakar fosil seeperti batu bara.


Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

1 hari lalu

Sejumlah pekerja membuat sepatu di pabrik Sepatu Bata, Purwakarta, Jawa Barat. Dok.TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.


Pabrik Sepatu Bata Gulung Tikar, Berikut Perjalanan Bisnisnya di Indonesia

1 hari lalu

Sejumlah pekerja membuat sepatu di pabrik Sepatu Bata, Purwakarta, Jawa Barat. Dok.TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Pabrik Sepatu Bata Gulung Tikar, Berikut Perjalanan Bisnisnya di Indonesia

Pabrik sepatu Bata di Purwakarta tutup karena merugi. Bata pernah menjadi salah satu industri sepatu terbesar di dalam negeri.


Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

1 hari lalu

Koalisi dari organisasi masyarakat sipil dari Greenpeace Indonesia, Enter Nusantara, dan Market Forces menggelar aksi bersepeda di Car Free Day Jakarta pada Minggu, 5 Mei 2024. Dalam aksi ini mereka meminta agar perbankan berhenti berinvestasi terhadap energi kotor dan beralih ke energi terbarukan. Dok: Istimewa
Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

Koalisi organisasi masyarakat sipil mendesak agar kalangan perbankan berhenti memberikan dukungan pendanaan energi kotor seperti batu bara.


Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

2 hari lalu

Sebuah mesin bekerja untuk mengurangi polusi dipasang di sekitar area konstruksi saat polusi udara menyelimuti wilayah Beijing, Cina, 18 Desember 2016. REUTERS/Stringer
Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.


Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

4 hari lalu

Pakar dari Indonesia dan Australia pada 30 April 2024 membahas dekarbonisasi dalam sebuah acara diskusi yang diadakan Kedutaan Besar Australia di Jakarta. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Australia di Jakarta
Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

Indonesia dan Australia menghadapi beberapa tantangan yang sama sebagai negara yang secara historis bergantung terhadap batu bara di sektor energi


Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

5 hari lalu

Logo Bank Mandiri. Free Vector CDR
Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.